- Back to Home »
- fotografi , tipsfotografi »
- aturan komposisi fotografi, the rule of third
Posted by : Unknown
Jumat, 12 Juli 2013
“Mencatut” pendapat dalam salah satu artikel Mas Kristupa Saragih (co-founder Fotografer.net) fotografer pemula peduli soal teknis pemotretan (baik gadget, sampai exposure). Fotografer yang lebih ahli peduli pada apakah foto yang dihasilkan sesuai dengan yang di bayangkan di kepala sebelum mengambil foto. Fotografer yang paling ahli fotonya mampu memberikan inspirasi, menggerakkan, dan dalam bahasa Gallen Rowell : memiliki vision.
Komposisi foto adalah salah satu komponen penting selain exposure triangle untuk menyampaikan vision. Komposisi juga merupakan bagian “Seni” dari fotografi. Selayaknya seni yang lain maka bagian ini memang ada pakem / aturannya, tapi pada akhirnya komposisi dinilai dari indah / menarik atau tidak suatu foto. Tidak lebih tidak kurang.
Saya sendiri masih jauh dari sempurna dalam hal komposisi, maklum start nya orang IT yang sangat logis. Tapi ada beberapa trik yang saya lakukan untuk meningkatkan komposisi foto saya :
- Mempelajari teori / pakem komposisi, hal ini membantu memberikan kerangka mengenai bagaimana membuat foto dengan komposisi yang baik – hal ini yang akan kita bahas setelah ini.
- Meningkatkan jam terbang, dengan cara mencoba dan juga mengamati + mangagumi karya foto orang lain. Saat ini sudah banyak media untuk kita melakukan ini, baik offline maupun online. Hunting foto dilakukan hampir tiap minggu di Jakarta dan kota besar lainnya, cek saja di motoyuk.com maupun fotografer.net. Untuk media online Flickr, gallery foto, online media lainnya bertebaran dan menjadi benchmark yang sangat baik. Coba berikan komentar untuk foto yang anda suka / tidak suka, amati juga komentar dari orang lain.
Ok, sekarang mengenai teori komposisi. Kita mulai dengan salah satu teori yang paling sering digunakan :
“Rule of Third”
Pakem ini sudah sangat lama digunakan, bahkan sejak fotografi belum ada, yaitu di lukisan. Pada intinya mata kita merasa suatu lukisan / foto lebih indah apabila point of interest diletakkan di persinggungan garis vertikal & horizontal yang membagi bidang menjadi 3. Gampangnya : subyek utama harus kita letakkan di posisi yang dilingkari di ilustrasi di bawah ini :
Penyebab utamanya berusaha dijelaskan oleh para ahli dengan ketertarikan manusia pada deret fibonacci dan deret aritmatik lainnya. Entah bagaimana komposisi tubuh manusia banyak terkait dengan deret ini, dan hal yang dianggap artistik oleh mata manusia juga terkait dengan deret ini. Dari segala macam perumusan ini muncullah “Rule of Third”.
Apa itu “subyek utama” dalam Rule of third yang dijelaskan diatas? Subyek utama dapat berupa :
- Bagian dari pemandangan yang menonjol, misalnya batu berwarna merah yang menonjol. Atau sapi di lapangan rumput yang hijau. Bisa juga model dalam pemotretan human interest dengan background pemandangan alam.
- Dalam pemotretan macro ini bisa berarti juga si obyek (misalnya serangga), atau titik tengah dari bunga yang kita potret, atau mata dari serangga dalam macro super close.
- Dalam pemotretan portrait ini bisa berarti wajah si model, atau juga mata si model.
- dll
Kita coba lihat contoh-nya dalam foto.
Dalam contoh diatas wajah dan mata menjadi subyek utama. Oleh sebab itu diletakkan di perpotongan garis vertikal paling kiri dan horizontal paling kanan. Semua garis vertikal maupun horisontal membagi foto menjadi 3 bagian yang kurang lebih sama besar.
Pada foto macro diatas subyeknya adalah lady bug / kepik berwarna kuning. Kepik ini merupakan bagian yang paling menonjol dari seluruh bagian foto. Mata kita langsung tertarik dengan keberadaannya. Oleh sebab itulah ia diletakkan di titik persilangan di kanan bawah, sesuai dengan “aturan” rule of third.
Salah satu bentuk lain dari penggunaan rule of third adalah bagaimana kita meletakkan horizon pada pemotretan landscape. Komposisi yang sering digunakan oleh awam adalah meletakkan horizon tepat di tengah foto. Akibatnya foto cenderung kurang menarik. Rule of third mengajarkan agar kita meletakkan horizon di garis horisontal (pembagi foto menjadi 3 bagian) atas atau bawah. Pemilihan garis atas atau bawah umumnya ditentukan mana yang lebih menarik, langit atau daratannya.
Pada contoh diatas horizon diletakkan di garis pembagi 1/3 bawah (walau tidak sangat tepat disana). Hal ini dikarenakan aspek yang ingin ditonjolkan dalam foto ini adalah langit yang memiliki awan yang berlapis dan warna warni yang cemerlang. Lain halnya dengan contoh dibawah ini :
Pada contoh ini langit tidak memiliki aspek yang menonjol, biru tanpa awan. Sedangkan di bagian bawah perpaduan warna hijau kuning dan biru nampak lebih artistik. Oleh sebab itu pilihannya adalah meletakkan horizon di 1/3 bagian atas agar porsi daratan lebih besar dibandingkan langit, dengan demikian lebih mendominasi foto.
Rule of third kembali lagi hanyalah pakem / teori, ada berbagai kondisi dimana rule of third tidak sepenuhnya berlaku. Misalnya :
Pada foto ini horizon diletakkan kurang lebih di tengah foto. Siluet tanah lot yang menonjol membuat keseimbangan sedikit berubah, oleh sebab itu walau horizon terletak di tengah foto masih terasa seimbang. Selain itu meletakkan horizon di tengah menjadikan siluet lebih menonjol.
Pahami teori-nya terlebih dahulu, praktek-kan lalu coba langgar dan lihat hasilnya. Demikianlah proses pembelajarannya